Oleh Meutia Azzahra
“Halo, Aku Sore, istri kamu dari masa depan”
Begitulah ucapan Sore—istri Jonathan dari masa depan. Jonathan terlonjak kaget menemukan dirinya terbangun dan mendapati wanita asing disampingnya— tentu saja ia tidak mengenalnya. Adegan pembuka ini menjadi premis unik sebagai karakteristik film. Sebuah kalimat berhasil membuat orang mengernyitkan dahi penuh tanda tanya saat menontonnya. Bayangkan saja, seseorang tiba-tiba datang, mengaku dirinya dari masa depan, mengatakan ia mengetahui semua cerita hidup kita, dan ingin mengubah takdir kita?
Film karya Yandy Laurens ini menjadi gebrakan baru dalam perfilman Indonesia yang mengangkat genre Science-Fiction. “Sore: Istri dari Masa Depan” diadaptasi kembali dari versi web series yang telah rilis delapan tahun silam, dan kini kembali ramai dalam perbincangan publik di sosial media—terlebih, karena pengemasan filmnya yang apik dan menarik.
Mengintip sekilas perjalanan Sore—penyelamat sang suami
Film yang dibintangi oleh Sheila Dara Aisha sebagai Sore dan Dion Wiyoko sebagai Jonathan ini mengajak penonton menyelami kisah mereka dengan sentuhan emosional yang kuat. Kisah ini menggambarkan Sore yang rela melakukan berbagai cara dan berkali-kali melintasi waktu demi menyelamatkan Jonathan dari takdir yang paling ditakutinya. Kematian.
Jonathan harus menghadapi takdir kematian di usia muda akibat gaya hidupnya yang buruk. Ia merupakan seorang perokok berat, memiliki pola makan tidak teratur, sering minum minuman keras dan soda, serta kurang tidur. Kebiasaan merokok lebih-lebih tidak hanya merusak kesehatannya, tetapi juga egonya. Tak hanya itu, karakter Jonathan di film ini dibuat dengan sifat yang keras kepala. Dengan menyoroti hal tersebut, membuat Sore harus berjuang keras dalam mengubah kebiasaanya menjadi lebih sehat.
Representasi Sore di dunia nyata
Secara tidak langsung, Sore merepresentasikan semua orang yang diam-diam berharap mempunyai lebih banyak waktu dengan orang yang disayanginya. Dibalik narasi romansa yang unik dan kompleks, film ini menyelipkan pesan-pesan kesehatan yang kuat. Sore mewakili banyak pasangan, orang tua, teman, atau orang yang kita sayangi yang senantiasa mengingatkan sarapan, membuatkan makanan sehat, mengajak kita untuk berolahraga, menyuruh kita tidur tepat waktu, atau bentuk perhatian lainnya. Meski kadang kala perhatian yang diberikan membuat kita merasa terganggu, tetapi sebenarnya, itulah cara mereka memastikan kita tetap hidup lebih lama.
Sore memperkenalkan kita bagaimana bentuk peduli terhadap diri sendiri dimulai dari menjaga kesehatan. Sore hadir sebagai simbol bahwa menjaga kesehatan bukan hanya urusan diri sendiri, tapi juga tentang memberi kesempatan untuk bertahan lebih lama di masa depan bersama orang yang kita cintai.
Takdir vs Pilihan Hidup sebagai pengalaman dilema dari Jonathan
Mengangkat dilema yang sederhana: Takdir vs Pilihan Hidup. Kita semua tahu, kematian adalah takdir. Tidak ada yang bisa menghindarinya. Namun, kita sering kali lupa bahwa ada jarak antara hari ini dan hari itu—jarak yang bisa kita isi dengan pilihan-pilihan hidup kita, untuk memilih ingin hidup sehat atau hanya kita biarkan berlalu begitu saja. Menariknya, film ini membuat kita merenung, memang kita tidak bisa mengubah fakta bahwa suatu hari akan meninggal, tapi kita punya kendali untuk menentukan bagaimana cerita akhirnya.
Dalam kisahnya, sekeras apapun usaha Sore untuk mengubah kebiasaan buruk Jonathan, hal tersebut tidak mempengaruhi sang suami untuk memperbaiki pola hidupnya. Tentunya film ini juga menyampaikan pada kita bahwa melakukan perubahan terhadap kebiasaan yang telah melekat bertahun-tahun lamanya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tidak hanya itu, perubahan diri juga didorong oleh keinginan diri sendiri. Akan terasa percuma jika seseorang terus menerus memperingati diri kita untuk “berubah”, tetapi tidak ada keinginan yang mendorong untuk menuju perubahan itu sendiri. Peringatan tanpa kesadaran hanya akan menjadi gema yang tak terdengar.
Alarm kehidupan
Film ini berhasil menjadi hentakan, diibaratkan sebagai alarm yang berdering nyaring untuk membangunkan kita dari kebiasaan buruk yang seringkali diabaikan. Seolah memberikan peringatan untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan memperbaiki pola kebiasaan yang perlu diperbaiki.
Lebih dari sekedar kisah cinta, film ini seolah menghipnotis penonton, tetapi juga menghadirkan kesadaran diwaktu yang bersamaan. Berbagai pesan kuat tentang kesehatan disajikan dengan adegan-adegan yang menyentil kita sebagai manusia yang tak kekal, sebagai manusia yang fana, yang pasti akan berhadapan dengan kematian. Memunculkan pertanyaan dalam diri tentang bagaimana kita menyikapi ketidakpastian takdir tersebut.
Jadi, pilihan hidup seperti apa yang akan kamu ambil dengan takdir yang telah kamu miliki?
Leave a Reply