Riuh Gemuruh di Ujung Waktu Paruh

Riuh Gemuruh di Ujung Waktu Paruh

Oleh: Crazyvaya

Di langit sana, entah apa yang tengah dipeributkan. Senyatanya suara gemuruh yang riuh
begitu berisik tanpa henti, sepertinya penghuni langit sedang dalam sebuah pembicaraan
sengit. Padahal mentari belum surut terjatuh, belum dikepung awan mendung, atau minimal
dihadang burung parau. Ya, mungkin memang itu tujuannya biar kilat itu tidak terlalu jelas
sambarannya. Biar tidak terlalu silau dunia dibuatnya. Biar manusia sepertiku tetap tenang
mencuci sepatu dan pakaian dadakan di tengah minggu tenang.

Aku sempat dan masih belajar farmakologi. Aku tahu kalau setiap obat punya waktu
paruhnya masing-masing. Ada yang begitu panjang, ada yang begitu singkat, ada juga yang
biasa-biasa saja. Semuanya tergantung pada bagaimana senyawanya bekerja. Tergantung
pula dari proses administrasinya yang bermacam rupa. Ada yang oral, parenteral,
suppositoria, mana saja lah suka-suka tergantung kebutuhan. Apakah di langit sana para
penghuni langit juga sama ya?

Maksudku, apakah mereka juga meresepkan masing-masing kita dalam hidup sesuai waktu
paruhnya. Ya, semisal, segampang kita hidup di dunia tidak selamanya. Kita akan
terdekomposisi lalu syuhhhh sesuai keyakinan masing-masing akan pergi ke mana. Ada
yang bilang akan ditanyai malaikat, kemudian akan menunggu sesuai amalan
masing-masing sampai tiba waktunya. Ada yang bilang akan ditiupkan pada sari ruh baru
kemudian akan hidup lagi sebagaimana mestinya. Ada yang bilang ya sudah hilang begitu
saja. Apapun itu lah, yang aku tahu, pada akhirnya kita akan mati juga.

Maksudku juga, apakah itu juga berarti setiap masalah dan kebahagiaan kita juga ada waktu
paruhnya? Yang aku tahu masalah akan datang mau sebagaimana berusaha kita
menghindarinya. Agak terdengar tidak adil, sih, tapi kalau dipikir lagi ya adil juga. Karena
bahagia pun sama, datang meski di saat paling tidak kita duga sekali pun. Jadi, bagaimana,
apakah segala ketidakdugaan itu juga punya waktu paruhnya? Apakah dalam tiap-tiap hela
nafas kita, bahkan tersandung batu atau dapat uang kaget itu juga ada waktu paruhnya?
Apa itu juga artinya kalau di setiap kebetulan yang menyenangkan itu sebenarnya sudah
diperhitungkan presisinya? Berarti, benar dong mau kebetulannya menyenangkan atau tidak
itu bukan kebetulan?

Lalu, kalau semisal iya, waktu paruhnya ada, takdir tertulis sedemikian kompleksitasnya,
kemudian … gemuruh menyambar begitu riuh di ujung waktu paruh … yang kita ingat saat
baterainya habis nanti … kejadian realitasnya … atau malah gemuruhnya?

Untuk Pangeran Langit,
Tertanda
Hujan Kecil

Leave a Reply

Your email address will not be published.