Kopi, Berbahaya atau Tidak?

Kopi, Berbahaya atau Tidak?

Oleh: Kayana Ardea Putri Wardhana

Bagi saya mahasiswa di Unair, kopi sudah menjadi minuman yang tidak akan terlupakan, terutama saat masa-masa ujian. Kopi adalah salah satu jenis minuman mengandung kafein yang memberikan efek segar dan hilangnya rasa kantuk bagi peminumnya. Selain mengandung kafein, kopi juga mengandung berbagai antioksidan yang dapat melindungi liver dari berbagai penyakit karena bersifat anti-fibrosis. Selain itu kopi juga mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, hingga parkinson. Oleh karena itu konsumsi kopi sebanyak 2 gelas sehari akan sangat bermanfaat bagi kesehatan liver.

Di Indonesia sendiri kebiasaan mengonsumsi kopi sudah dilakukan sejak dahulu, namun menjadi trend sejak masa pandemi COVID-19. Bahkan berdasarkan data dari Snapcart (2023), 79% penduduk di Indonesia merupakan penikmat kopi. Jika dilihat dari data ini, seharusnya jumlah warga Indonesia yang menderita penyakit liver akan berkurang. Namun, saat ini banyak orang mengonsumsi kopi dengan berbagai tambahan seperti susu dan gula. Hal ini dapat dilihat dari jenis kopi seperti cappucino, latte, dan kopi gula aren yang menjadi favorit bagi banyak orang. Kopi yang awalnya bermanfaat bagi tubuh terutama liver, bisa saja menjadi boomerang bagi kesehatan kita karena bahan-bahan tambahan yang diberikan.

Penambahan susu dapat memengaruhi sifat antioksidan polifenol dalam bentuk Chlorogenic Acids (CGAs) dari kopi saat bercampur dengan protein dari susu . CGAs sendiri dapat meningkatkan sensitivitas dari insulin dan mengurangi lemak pada liver. Walaupun belum ada penelitian lebih lanjut yang bisa menguatkan turunnya efektifitas dari CGAs, susu sendiri memiliki pengaruh pada khasiat dari kopi itu sendiri. Terlebih lagi saat ini banyak beredar susu yang diberi tambahan pemanis sehingga memiliki indeks glikemik yang tinggi. Tingkat ini berbanding terbalik dengan susu tanpa pemanis buatan yang memiliki nilai indeks glikemik yang rendah. Indeks glikemik pada susu yang beredaran di pasar sangatlah beragam sehingga disarankan untuk selalu mengecek terlebih dahulu merek yang akan dibeli.

Gula seperti yang kita ketahui jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan obesitas, fatty liver, hingga resistensi dari insulin yang mengarah pada diabetes melitus tipe 2. World Health Organization (WHO) (2015) menyebutkan bahwa batas maksimal konsumsi gula tiap harinya berkisar 50 gram atau 12 sendok teh. Jumlah ini sudah termasuk gula yang didapatkan dari makanan secara alami. Kopi sendiri menjadi pelindung bagi liver karena bersifat anti-fibrosis. Namun perlu kita ingat untuk tidak menambahkan bahan lain seperti susu maupun gula secara berlebihan agar khasiat di dalamnya dapat kita rasakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.