Konsep Gemuk pada Anak adalah Sehat?

Konsep Gemuk pada Anak adalah Sehat?

Oleh: Garnis Latifah

Masalah gizi atau yang lebih dikenal dengan istilah obesitas (kegemukan) terjadi pada anak-anak, baik pada saat dilahirkan sampai usia remaja. Edukasi nutrisi anak pada orang tua terus digencarkan, mengingat negara Indonesia masih memiliki fenomena paradoks pediatrik yang unik, di mana anak yang gemuk dengan pipi tembam yang lucu dianggap normal dan sehat. Makanan lokal seperti bakso, mie ayam, dan lain sebagainya masih dianggap makanan sehat sehingga kurang pembatasan terhadap konsumsinya padahal faktanya makanan-makanan tersebut juga termasuk fast food yang setara dengan makanan-makanan seperti pizza, hamburger, dan fried chicken.

Di lingkungan masyarakat juga cenderung ada kebanggaan ketika anak mereka yang overweight dipuji karena gemuk dan lucu itu, mereka beranggapan anak yang overweight atau obesitas adalah anak yang sehat dan berkecukupan gizi. Banyak kasus obesitas yang ada pada anak-anak dianggap sebagai hal yang biasa dan dinormalisasikan menjadi gambaran anak sehat. Namun, mereka tidak menyadari bahwa disamping itu anak anak jika dibiarkan dengan keadaan overweight dapat menyebabkan banyak penyakit. Anak-anak dengan kelebihan berat badan sejak usia dini, cenderung tetap dengan obesitasnya hingga memasuki usia dewasa dan besar kemungkinan mengalami Penyakit Tidak Menular (PTM) pada usia yang lebih muda, contohnya seperti penyakit diabetes atau gangguan kardiovaskuler. Oleh karena itu, obesitas pada anak telah menjadi masalah serius di Indonesia yang perlu dikaji. Permasalahan obesitas tidak hanya masalah kesehatan secara fisik tetapi juga tentang budaya masyarakat yang justru cenderung mewajarkan kondisi obesitas pada anak. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman konsep dasar kondisi sehat dan sakit pada anak.

Berdasarkan definisi Cook di dalam Andra (2007) seorang anak dikategorikan mengidap sindrom metabolik jika memenuhi komponen berikut, lingkar perut yang lebih besar dari persentil ke-90 pada kurva usia, jenis kelamin, dan etnis; gula darah puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl; tekanan darah yang lebih tinggi dari persentil ke-90 pada kurva usia dan tinggi badan; trigliserida puasa yang lebih besar dari 110 mg/dl; serta kolesterol HDL yang lebih rendah dari 40 mg/dl. Tentunya semua pemeriksaan ini sangat bersifat tersier dan tidak mudah dilakukan di semua rumah sakit di Indonesia. Pandangan masyarakat akan obesitas pada anak sangat berbeda dengan pandangan medis. Masyarakat umum mengaggap bahwa kegemukan pada anak melambangkan keberhasilan orang tua dalam mengasuh anaknya. Keberhasilan tersebut membuat orang tua semakin mendorong anaknya agar mengonsumsi semua makanan agar bisa membuat orang tua merasa lebih bangga lagi terhadap kegemukan pada anak yang membuat anak terlihat lucu dan menggemaskan. Pandangan orang tua tersebut sangat salah karena pengetahuan mereka akan obesitas pada anak itu kurang. Perlu adanya gerakan promotif dan preventif dari pihak kesehatan agar bisa membuat balita yang ada di Indonesia memiliki gizi yang seimbang.

Konsep gemuk adalah sehat pada anak adalah salah. Kegemukan dapat mengarah kepada obesitas yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti kardiovaskular. Kasus obesitas pada anak tersebut terjadi dikarenakan pola asuh keluarga yang tidak membiasakan pola hidup sehat yang meliputi pola makan yang bergizi cukup, segala bentuk aktivitas yang akan meningkatkan kebugaran tubuh, serta lingkungan yang mendukung. Perlunya gerakan promotif dan preventif dari pihak kesehatan agar bisa membuat balita yang ada di Indonesia memiliki gizi yang seimbang. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Menerapkan pola asuh keluarga yang selalu membiasakan pola hidup sehat yang meliputi pola makan yang bergizi dan segala aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran tubuh,
2. Pola asuh orang tua terhadap anak lebih diperhatikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.