Oleh: Anindita Azkia fauzana
dr. Bambang Edi Suwito, merupakan alumni Fakultas Kedokteran UNAIR angkatan 2000.
Beliau telah membuktikan bahwa latar belakang finansial menengah ke bawah tidak menjadi
batasan dalam meraih mimpi. dr. Bambang juga berhasil menyelesaikan pendidikan S2
dengan raihan IPK 3,77 ini menjadikannya lulusan terbaik pada periode wisuda September
2019 di FK UNAIR.
Sejak kecil, dr. Bambang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Ayahnya yang bekerja
sebagai tukang becak adalah tulang punggung keluarga. Meski kondisi sulit, dr. Bambang
tidak pernah menyerah pada impiannya untuk menjadi seorang dokter. Semangat pantang
menyerah yang dia pelajari dari sang ayah menjadi landasan penting yang membawanya
melampaui berbagai rintangan. Hingga pada suatu saat, ayah beliau meninggal dunia, dan
beliau harus menyekolahkan adik-adiknya sembari mencari penghidupan selama berkuliah
pula.
Sejak tahun 2016, dr. Bambang mulai berkontribusi sebagai pengajar di Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Meskipun menjalani tanggung jawab sebagai
mahasiswa, dosen, dan kepala keluarga sekaligus, beliau tidak pernah menyerah pada
mimpinya. Tantangan besar pernah menghampirinya, termasuk rasa takut tidak bisa
menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Namun, dukungan dari keluarga, teman, dan para
dosen memberinya kekuatan untuk terus berjuang.
Hippocampus, bimbingan belajar kedokteran terkemuka di Surabaya, mahasiswa FK mana
yang tidak mengenal bimbel ini? siapa sangka, bahwa berkat Rahmat Tuhan dan dedikasi
kerja kerasnya, dr. Bambang berhasil mendirikan dan mengabdikan diri di bimbel yang telah
membantu ribuan mahasiswa dalam menjadi calon tenaga medis hebat bangsa ini.
Banyak cerita inspiratif dari dr. Bambang yang membuat penulis menyadari bahwa Tuhan
akan memberi jalan bagi siapapun yang mau berusaha dengan maksimal. Tak lupa,
berdasarkan pesan menyentuh yang penulis baca pada suatu sumber, dr. Bambang
berpesan kepada mahasiswa lain untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, yang
mana, menurutnya langkah kecil yang konsisten dapat menghasilkan sesuatu yang besar.
Hal ini berkorelasi positif dengan isi dari buku Atomic Habits, bahwa perubahan setiap hari,
walaupun hanya 1% akan berbuah menjadi 300% di tahun mendatang, dan itulah salah satu
bentuk syukur manusia kepada alam raya.
dr. Bambang juga berpesan untuk menghindari budaya menunda-nunda atau prokrastinasi.
Tak lupa, di penghujung artikel ini, penulis ingin menyampaikan bahwa Kisah dr. Bambang
adalah bukti nyata bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang bagi mereka yang berani
bermimpi dan bekerja keras. Dari becak sang ayah hingga meraih stetoskop sebagai dokter, beliau telah menginspirasi banyak orang untuk tidak pernah berhenti berjuang.
Leave a Reply