Indonesia, negara yang diberkahi dengan kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, namun belum sepenuhnya tereksplorasi. Keberagaman hayati Indonesia, sebagaimana yang diungkapkan oleh Noviyanty et al. (2020), menjadikan negeri ini berada di peringkat kedua dalam hal keanekaragaman hayati di dunia, setelah Brasil. Di antara puluhan ribu spesies flora yang tumbuh di negeri ini, terdapat 30.000 jenis flora, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari total 40.000 flora dunia. Faktor-faktor seperti iklim tropis, variasi topografi, dan berbagai ekosistem, mulai dari hutan hujan tropis hingga savana, telah bersinergi dalam menciptakan keanekaragaman hayati yang mengagumkan. Dalam caleidoskop tumbuhan ini, sekitar 940 jenis telah teridentifikasi memiliki potensi sebagai obat, pengetahuan mengenai sifat-sifat ini terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya di berbagai kelompok etnis Indonesia.
Tantangan kesehatan yang semakin pelik telah mendorong pemanfaatan obat herbal dan tradisional sebagai alternatif atau pelengkap dalam perawatan kesehatan. Era Society 5.0, di mana teknologi mengambil peran utama, memberikan dampak monumental terhadap pengembangan dan pemanfaatan obat herbal. Diskusi dan penelitian di bidang kesehatan pun tak terhindarkan saat potensi senyawa herbal dan tradisional dalam meningkatkan kesehatan masyarakat menjadi sorotan utama. Mereka memancarkan potensi sebagai opsi pengobatan yang aman dan efektif. Fakta yang diungkapkan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pada tahun 2014 memberi catatan menggembirakan, di mana industri obat tradisional mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir dengan kenaikan penjualan obat tradisional, dari Rp14 triliun pada 2013 dan diharapkan terjadi peningkatan hingga Rp20 triliun pada tahun 2020.
Dukungan terhadap penggunaan obat tradisional juga mengalir dari pihak yang memiliki otoritas di bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) melalui World Health Assembly, mengakui peran obat-obatan alami dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya pencegahan dan pengobatan penyakit kronis. Di tingkat domestik, pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan pengobatan tradisional.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia bahkan menggelar acara. “Minum Jamu Bersama”, sebuah langkah simbolis yang menunjukkan dukungan dari beberapa menteri terhadap obat tradisional sebagai alternatif pengobatan berisiko rendah. Inisiatif ini juga bertujuan untuk mempromosikan obat tradisional sebagai bagian integral dari warisan budaya nasional.
Para ilmuwan telah membuktikan keampuhan berbagai senyawa alami melalui uji klinis dan penelitian ilmiah. Mereka tak hanya dianggap lebih alami, tetapi juga diketahui memiliki risiko efek samping yang lebih rendah, dan efektivitasnya dalam mengobati atau meredakan gejala penyakit tertentu telah teruji. Rheumatoid arthritis, contohnya, suatu penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada persendian, kaku, bengkak, nyeri, dan kemerahan, menjadi salah satu kondisi yang menarik perhatian dimana alternatifnya dapat memanfaatkan dari potensi herbal yang ada. Menurut Saputri (2017), prevalensi Rheumatoid arthritis mencapai angka 355 juta jiwa secara global, atau 1 dari 6 orang di populasi dunia. Di Indonesia, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013, angka prevalensi Rheumatoid arthritis mencapai 1-2% dari total penduduk, menjadikan Indonesia berada di peringkat keempat di dunia. Dampaknya tidak hanya terbatas pada kesehatan individu, tetapi juga merambah pada produktivitas, biaya perawatan kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan data dari VeryWellHealth (2022), biaya perawatan penyakit Rheumatoid arthritis mencapai Rp. 187.537.500,00 per tahun.
Pemerintah memiliki peran penting dalam program pengawasan, pemantauan, dan kerjasama dengan badan terkait dalam upaya pencegahan dan penanganan Rheumatoid arthritis. Namun, ditemukan tantangan yakni aksesibilitas kesehatan yang tidak merata dan rendahnya kesadaran masyarakat. Alternatif yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama dalam aspek kuratif, menjadi suatu kebutuhan mendesak dalam penanganan penyakit yang memengaruhi berbagai kelompok usia. Dalam konteks ini, buah bisbul sebagai salah satu buah unggulan Indonesia, hadir sebagai potensi yang patut dieksplorasi dalam upaya kuratif Rheumatoid arthritis dengan memanfaatkan zat aktif flavonoid yang menurut Husna et.al, (2022) dikenal mampu dalam menangani Rheumatoid Arthritis sehingga pemanfaatan potensi sumber daya alam lokal melalui alternatif inovatif seperti buah bisbul nampak sebagai suatu langkah yang tidak hanya relevan, tetapi juga berpotensi mengubah paradigma pengobatan.
Berdasarkan uraian diatas, solusi yang dapat diberikan adalah “INHERBS” yakni kapsul yang mengandung buah pohon bisbul (Diospyros blancoi). Bisbul merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang memiliki banyak keunggulan, namun karena kurangnya budidaya tanaman ini, Bisbul menjadi tanaman langka. Kelepouri et al. (2018) buah pohon bisbul yang diketahui memiliki kandungan flavonoid yang bersifat antiinflamasi. Kapsul”INHERBS” terbuat dari 15 gram buah bisbul (Proses pembuatan produk terdapat di lampiran 1) dengan kandungan berdasarkan pedoman jurnal yang ada yaitu:
No. | Nama bahan/kandungan | Banyak per satu kapsul | *Dosis perhari |
1. | Flavonoid | 211,8 mg | 423,6 mg |
2. | Kapsul (gelatin) | 1 kapsul (ukuran 0) | 1 kapsul |
*Telah dihitung setelah pedoman jurnal ekstraksi bubuk buah bisbul
Terapi kapsul “INHERBS” akan dilakukan tergantung pada rencana pengobatan dengan dosis 2 kali sehari berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016. Volume INHERBS dalam 1 kapsul Rheumatoid Arthritis (Seperti yang tertera pada tabel 1 dan telah melalui proses ekstraksi). yakni 500 mg (ukuran 0). Dosis flavonoid yang dianjurkan oleh Husna et al. (2022) adalah 400-450 mg per hari. Menurut Arissujaya et al. (2019) dalam 1 gram buah pohon bisbul terkandung sebesar 422,10 mg hingga 425,10 mg flavonoid. Kapsul INHERBS memenuhi dosis aman yakni 211,8 mg per kapsul atau 423,6 mg per hari, serta memenuhi standar sebagai alternatif pengobatan Rheumatoid arthritis
Buah bisbul yang nantiya di ekstraksi bertujuan untuk mengaktifkan senyawa flavonoid agar memiliki potensi yang lebih tinggi, menghilangkan potensial racun yang terdapat dalam bahan baku herbal sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi efek samping yang mungkin terjadi serta untuk memudahkan dalam pembuatan kapsul herbal. Berbicara mengenai kandungan dan manfaat kapsul “INHERBS”. Ekstrak buah Diospyros blancoi memiliki aktivitas antiinflamasi yang terdapat dalam kandungan antioksidan flavonoidnya, Aktivitas antioksidan ini dapat membantu melawan radikal bebas dalam tubuh yang dapat menyebabkan inflamasi, menurut penelitian yang dilakukan oleh Bayliak et al. (2021) flavonoid dapat mengurangi respons inflamasi dengan mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi dan peningkatan aktivitas antioksidan dalam tubuh.
Flavonoid adalah kelompok senyawa fitokimia yang ditemukan dalam tanaman bisbul di wilayah subtropis Himalaya. Senyawa ini juga hadir secara alami di berbagai makanan tumbuhan seperti buah-buahan, sayuran, teh, biji- bijian, dan kacang-kacangan. Flavonoid berfungsi sebagai pigmen warna pada tumbuhan, memberikan warna cerah pada buah, bunga, dan daun. Salah satu sifat penting dari flavonoid adalah kemampuannya sebagai antiinflamasi. Efek ini dihasilkan melalui beberapa mekanisme, termasuk penghambatan aktivitas enzim inflamasi, pengurangan produksi sitokin pro-inflamasi, peningkatan aktivitas antioksidan, dan regulasi jalur sinyal inflamasi.
Interaksi antara cangkang kapsul yang terbuat dari gelatin vegetarian dan buah bisbul tidak menimbulkan efek negatif asalkan dalam aturan dosis aman (Hanifatan, 2012). Kapsul INHERBS dapat dikonsumsi oleh masyarakat yang mengalami Rheumatoid arthritis sesuai aturan dosis pemakaian yang tertera (estimasi harga terdapat pada lampiran). Kapsul “INHERBS” memiliki langkah strategis dalam perluasan jangkauan konsumen. Mengenalkan produk kepada publik melalui media sosial dan seminar edukasi, sehingga dapat tepat target kepada masyarakat yang mengalami Rheumatoid arthritis. Banyaknya konsumen kapsul juga akan memudahkan perwujudan SDGs 2030 poin ketiga yakni kehidupan masyarakat yang sehat dan sejatera.
Penulis juga telah membuat estimasi harga dari produk INHERBS sebagaimana terdapat dalam lampiran 2 yakni Rp. 6.000,00 per 1 produk. Tentunya kapsul INHERBS adalah produk yang terjangkau dan memiliki afinitas tinggi sebagai alternatif pengobatan herbal Rheumatoid arthritis. Dalam perencanaan pembuatan kapsul akan difokuskan untuk masyarakat yang mengalami Rheumatoid arthritis, melalui fasilitas kesehatan, juga akan dipasarkan melalui media online. Hal tersebut dilakukan untuk memperbesar ketepatan sasaran dan keberhasilan tujuan pembuatan kapsul.
Keanekaragaman flora Indonesia merupakan kekayaan alam yang perlu dijaga dan dilestarikan. Melalui kegiatan konservasi yang berkelanjutan, kita dapat memastikan kelestarian kehidupan alam, manfaat ekonomi, pengobatan tradisional dan warisan budaya yang berharga. Dengan menghargai kekayaan alam ini, manusia berinvestasi untuk masa depan generasi mendatang, memastikan flora Indonesia terus memukau dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Kapsul “INHERBS” sebagai pemanfaatan flora Indonesia untuk pengobatan herbal memenuhi aturan dosis, menjadi subjek terapi sebagai upaya kuratif Rheumatoid arthritis, karena kapsul “INHERBS” mengandung alkaloid flavonoid sebagai anttinflamasi. Terapi menggunakan “UNSMOKE” dapat dilakukan dengan dosis yang ditentukan. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut sehingga dapat menjadi langkah awal mewujudkan Indonesia Sehat 2025, dan SDGs poin ke-3 yakni kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua orang bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arrisujaya, D., Susanty, D., & Kusumah, R. R. 2019. Skrining Fitokimia Dan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Aseton Dan Etil Asetat Biji Buah Bisbul (Diospyros discolor) Tumbuhan Endemik Bogor. Cendekia Journal of Pharmacy, 3(2), pp. 130-136
Bayliak, M. M., Dmytriv, T. R., Melnychuk, A. V., et al. 2021. Chamomile as a potential remedy for obesity and metabolic syndrome. Excli Journal, 20, pp. 1261–1286. https://doi:10.17179/excli2021-4013
Ghorbania, A., Rashidia, R., & Nick, R.S. 2019. Flavonoids for preserving pancreatic beta cell survival and function. Journal of Biomedicine and Pharmacotherapy, 111, pp. 947-957 https://doi.org/10.1016/j.biopha.2018.12.127
Hanifatan, H. F. 2012. “Proses Pembuatan Jamu Sediaan Kapsul Dan Analisis Pemanfaatan Metabolit Sekunder Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia lamk) Di Cv. Herba Nirmala”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret
Husna, P. A. U., Kairupan, C. F., & Lintong, P. M. 2022. Tinjauan Mengenai Manfaat Flavonoid pada Tumbuhan Obat Sebagai Antioksidan dan antiinflamsi. Ebiomedik, 10(1), pp. 76-83. https://doi.org/10.35790/ebm.v10.i1.38173
Hidayati, S., Oktavianti, F., Susanti, D. A., et al. (2022). Aktivitas Antiinflamasi In Vitro dan In Vivo Ekstrak Etanol Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L.): In Vitro and In Vivo Anti-Inflamatory Activities of Ethanol Extract Mangifera indica L. Leaves. Jurnal Sains dan Kesehatan, 4(5), pp. 488-494
Kelepouri, D., Mavropoulos, A., Bogdanos, D. P., et al. 2018. The Role of Flavonoids in Inhibiting Th17 Responses in Inflammatory Arthritis. Journal of Immunology Research., Article ID 9324357, 11 pages. https://doi.org/10.1155/2018/9324357
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2014. Kemenperin Gelar Pameran Industri Kosmetik dan Jamu. Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id/artikel/10050/Kemenperin- Gelar-Pameran-Industri-Kosmetik-dan-Jamu. Diakses pada 01 Desember 2024
Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 6 Tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.
Noviyanty, Y., & Linda, A. M. 2020. Profil fitokimia senyawa metabolit sekunder ekstrak etanol bunga senduduk (Melastoma malabathricum l). Journal of Pharmaceutical and Sciences, 3(1), pp. 1-6.
Ritonga, S. N. 2018. “Penggunaan Obat Antiinflamasi Pada Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Kotapinang”. Skripsi. Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Rees, A., Dodd, G. F., & Spencer, J. P. E. 2018. The Effects of Flavonoids on Cardiovascular Health: A Review of Human Intervention Trials and Implications for Cerebrovascular Function. Nutrients, 10(12). https://doi:10.3390/nu10121852.
Rosmalasari, A. A. 2018. “Pembuatan Cangkang Kapsul Halal Berbahan Dasar Umbi Porang (Amorphophallus oncophillus)”. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
VERYWELLHEALTH. 2022. Making a financial plan for Rheumatoid Arthritis. Tersedia pada: https://www.verywellhealth.com/cost-of- rheumatoid-arthritis-5409492. Diakses pada 01 Desember 2024.
Kreator: Anindita Azkia Fauzana
Leave a Reply