Kilas Balik Propadeus

Kilas Balik Propadeus

Oleh: Airlangga Sholehen

Salah satu guru besar orthopedi pernah berkata sesuatu kepada saya,
Kalian jaman sekarang, harus lebih waspada lagi, sudah berbeda dengan jaman dahulu.” Perenungan saya lakukan demi mendapatkan jawaban dan nilai-nilai yang tercantum dalam pernyataan tersebut. Namun, di antara pernyataan tersebut, disampaikanlah kembali oleh beliau.

Jaman dahulu, tidak pernah ada kasus apabila ada dosen yang merobek lembar soal dari
mahasiswanya. Sekarang, kebalikannya.

Hal ini langsung mengingatkan saya mengenai jajaran nama pendahulu kami semua, jajaran para senior yang sudah menjadi orang-orang yang bermanfaat di daerahnya, bahkan jajaran orang yang sudah menjadi guru besar kami semua. Perspektif guru besar orthopedi tersebut memberikan kami sebagai mahasiswa jaman sekarang mengenai urgensi dunia kesehatan yang ada di Indonesia. Hal yang diucapkan memberi tamparan keras kepada saya mengenai kenyataan di seberang. Di seberang sana, saya mendengar berulang kali mengenai perubahan “kualitas” dari calon tenaga medis yang akan lulus kedepannya. Saya tentu tidak langsung menerima hal tersebut secara gamblang. Saya, dengan pemikiran skeptis saya, masih berargumen,

Dahulu belum ada program kerja wajib kan? Belum ada satupun juga ormawa yang mewajibkan banyak acaranya, belum ada juga suatu ‘tekanan’ sosial yang mengakibatkan hampir semua orang tua ingin anaknya menjadi dokter.

Yap, hal itu menurut saya sangat valid, sejalan juga dengan alur cerita beberapa senior kami yang pada jaman 80-90 an mereka fokus untuk belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan lain di luar kampus. Menariknya, saya memikirkan bahwa semakin berkembangnya jaman, kesibukan yang dituntut akan semakin bermacam-macam.

Sekarang kembali ke pernyataan guru besar tersebut mengenai ujian. Memang benar, hal ini pasti tidak asing disebutkan sejak jaman smp-sma. Guru-guru berargumen bahwa jaman sekarang, saat anak lapor kepada orang tuanya mengenai sedikit hal yang memicu kedisiplinan, orang tua langsung mendatangi sekolah tersebut. Hal ini berlawanan dengan jaman dahulu, orang tua dari siswa yang melapor, akan justru sangat senang saat anaknya dihukum. Aneh bukan? Memang kalau dilihat secara superficial, hal itu memang cenderung aneh. Namun, di sisi lain perlu disadari bahwa “Kebutuhan sumber daya manusia berkembang menyesuaikan sumber daya manusia itu sendiri.”

Menurut saya, hal ini memberi highlight pada setiap masa memiliki metode dan kebutuhannya sendiri. Seiring berkembangnya jaman, tuntutan mengenai setiap pekerjaan akan berbeda-beda kriterianya. Menurut salah satu pemateri pelatihan kepemimpinan yang ada di kampus, kemampuan yang dibutuhkan pada jaman ini adalah Problem Solving, IT management, dan Human Resource Development. Hal ini sejalan dengan banyaknya jumlah dokter di Indonesia, meskipun ada wacana bahwa jumlah FK akan ditambah. Banyaknya jumlah dokter menuntut masing-masing dari mereka untuk mengembangkan diri mereka sendiri, hal itu dicerminkan dari rasa prioritas dari mahasiswa untuk mengembangkan dirinya sendiri lewat organisasi dan kepanitiaan.

Kesimpulannya, perbandingan mengenai sumber daya manusia masa lalu dan masa lampau memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap jaman juga mempunyai kebutuhan pekerja dengan kriteria masing-masing. Sebagai mahasiswa, memang tuntutan kita sangat banyak, apalagi dengan situasi dunia yang berkembang pesat. Kita pun bisa digantikan oleh Artificial Intelligence. Sudah sebaiknya kita fokus dalam pengembangan diri kita, tidak membandingkan diri dengan orang lain, temukan tujuan dan bentuk idealisme kita sendiri.

Idealisme yang lemah akan membawa kita menuju arus yang menjauhkan diri kita dari tujuan

Leave a Reply

Your email address will not be published.