Cosplay: Jadi Tokoh Favoritmu Sejenak!

Cosplay: Jadi Tokoh Favoritmu Sejenak!

Oleh : Danang Langit

I. Perkenalan

Pernah liat ada Naruto lagi jalan-jalan di mal? atau battle Ultraman VS Kaijuu yang ramai ditonton bocil-bocil? atau sekadar kakak-kakak rambut warna-warni yang berpose seakan sihir bisa keluar dari tongkat yang dibawanya? Pasti pernah kan!

Budaya pop Jepang memang banyak dinikmati oleh kalangan muda di berbagai negara, termasuk Indonesia. Mulai dari anime, manga, J-pop, group idol, hingga video game. Eh ternyata,, proses menikmati semua itu bukan hanya terbatas pada layar TV saja, lo!, melainkan budaya ini bermetamorfosis menjadi lifestyle. Mungkin dulu cuma nonton anime atau baca manga, tapi sekarang pengen jadi karakternya langsung. Nah, cosplay jadi salah satu jalan buat wujudin itu. Fenomena ini tentu bikin kita bertanya-tanya: apa sebenarnya yang dicari para cosplayer saat memerankan tokoh favorit mereka?

II. Definisi

Cosplay (コスプレKosupure) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata “costume” (kostum) dan “play” (bermain). Definisi dari cosplay yaitu, jenis seni pertunjukan dimana pelakunya (cosplayer) memainkan peran dari suatu karakter tertentu menggunakan setelan kostum dan aksesoris (Muhammad, n.d). Cosplay secara spesifik merefleksikan kecintaan cosplayer terhadap karakter yang dia perankan. 

Di Jepang, biasanya cosplay muncul pada festival-festival fashion, sampai karnaval. Terlebih lagi, budaya ini didukungpenuh dari industri pakaian, sehingga tak hanya berdampak bagi cosplayer, tetapi cosplay juga menjadi bagian dari geliat ekonomi kreatif melalui keterlibatan desainer dan pembuat kostum dalam unjuk karya (Putra, 2019).

III. Sejarah

Cosplay mulai dikenal di Indonesia pada awal 2000-an melalui acara seperti “Gelar Jepang Universitas Indonesia”. Acara tersebut memperkenalkan kompetisi dan pameran cosplay sebagai bagian dari festival budaya Jepang. Budaya cosplay berkembang dengan cepat karena pengaruh dukungan komunitas di kota-kota seperti Bandung yang turut mempopulerkan gaya Harajuku dan cosplay ke publik. Seiring waktu, minat terhadap cosplay meluas ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, dengan semakin banyak acara yang menampilkan cosplay sebagai atraksi utama (Tensai Indonesia, 2020). 

Kini, hampir setiap bulan festival Jepang, seperti Jak-Japan Matsuri atau Ennichisai yang dibarengi kompetisi cosplay. Acara-acaratersebut tidak hanya menjadi ajang unjuk kreativitas, tetapi juga media untuk memperkenalkan budaya Jepang secara luas, yang didukung oleh komunitas aktif di berbagai platform digital (Tensai Indonesia, 2020).

IV. Pandangan Cosplay Menurut Mahasiswa

Dibalik warna-warni kostum dan wig yang mencolok, ada kepuasan tersendiri waktu melakukannya. Melalui cosplay, banyak cosplayer merasa seperti terlahir kembali jadi karakter yang mereka pilih. Seperti halnya yang terjadi pada Cherry (nama panggung), seorang mahasiswa Teknik Geomatika ITS, dia mulai tertarik pada dunia cosplay, sejak sebelum covid melalui ramainya topik yang membahas event comifuro di X. Dari sana lah, dia mulai dikelilingi lingkungan pertemanan yang mendukung, sehingga dia mulai menekuni dunia cosplay pada tahun 2022 hingga saat ini. Menurut Cherry, ada sensasi “lepas” dari diri sendiri waktu dia dateng ke event jejepangan dengan kostum lengkapnya. Apalagi, waktu ada orang yang ngenalin karakter yang dia pakai dan ngajakin dia foto! Rasanya, effort yang udah dia siapin berasa terbayar.

Cosplay bukan cuma soal terlihat semirip mungkin secara visual dengan karakter yang kamu perankan, tapi tentang “masuk” jadi karakter tersebut, mulai dari “charateristic pose”, habbit karakter, sampai momen-momen ikonik karakter yang seru banget buat ditiru. Selain hal-hal menyenangkan yang di dapat waktu cosplay, Cherry juga bilang kalo cosplay buat dia bisa “kabur” sebentar dari tekanan dan jadi versi diri sendiri yang berbeda, sehingga dirinya lebih percaya diri, dan lebih bebas berekspresi.

V. Penutup

Mungkin menurut banyak orang, cosplay terlihat seperti sekumpulan orang yang berdandan aneh. Namun, kalau dilihat lebih dekat, banyak cerita, usaha, dan perasaan yang menempel pada kostum yang dipakai. Beberapa orang memandang cosplay sebagai kegiatan menyalurkan kreativitas dan bakat, bagi beberapa yang lain, kegiatan ini adalah proses “kabur” sejenak dan ruang aman menjadi diri sendiri. Cherry hanyalah satu dari banyak mahasiswa yang mengekspresikan diri melalui cosplay. Lewat karakter yang mereka perankan, mereka menemukan kenyamanan. 

Cosplay bukan cuma soal siapa yang paling mirip, tapi tentang bagaimana seseorang bisa merayakan apa yang dia sukai dan menjadikan itu bagian dari dirinya.

Daftar Pustaka

Muhammad, A. F. (n.d.). Bab II Skripsi – Sejarah dan Perkembangan Cosplay. Universitas Muhammadiyah Gresik. http://eprints.umg.ac.id/2841/2/BAB%20II.pdf

Putra, A. P. (2019). Cosplay sebagai bentuk ekspresi dalam budaya populer Jepang. Corak: Jurnal Seni Kriya, 8(2), 59–68. https://journal.isi.ac.id/index.php/corak/article/download/2329/811

Tensai Indonesia. (2020, Januari 5). Sejarah cosplay Jepang di Indonesia. https://tensai-indonesia.com/sejarah-cosplay-jepang-di-indonesia/

Leave a Reply

Your email address will not be published.