Oleh: Khansa Tsalits Naurah Rahmania
Sejarah selalu menjadi cermin bagi masyarakat dalam memahami identitas kolektif dan dinamika sosialnya. Di tengah gejolak politik, ekonomi, dan sosial budaya yang terus berubah, penting bagi kita untuk merenungi masa lalu guna menjembatani masa kini dan masa depan. Pengalaman pribadi yang emosional dan reflektif dapat menjadi kunci untuk memahami memori kolektif serta dampaknya terhadap perkembangan masa depan.
Memori kolektif adalah ingatan bersama yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat tentang peristiwa masa lalu yang signifikan. Ingatan ini tidak hanya membentuk identitas kelompok tetapi juga mempengaruhi cara kita memahami peristiwa masa kini dan mengambil keputusan di masa depan. Misalnya, memori tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya menjadi bagian dari pelajaran sejarah tetapi juga mempengaruhi rasa nasionalisme dan semangat kebangsaan kita (Wattimena, 2016). Pengalaman pribadi saya dalam mengenang masa kecil di sebuah desa kecil di Jawa memberikan perspektif mendalam tentang bagaimana memori kolektif berperan. Setiap tahun, desa kami mengadakan upacara peringatan kemerdekaan dengan meriah. Acara ini tidak hanya mempererat hubungan antarwarga tetapi juga mengingatkan kami akan pentingnya persatuan dan perjuangan. Dari sinilah saya belajar bahwa memori kolektif mampu menumbuhkan semangat kebersamaan dan solidaritas.
Dalam konteks politik, memori kolektif dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia dapat memperkuat identitas nasional dan stabilitas politik. Namun, di sisi lain, ia juga dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik dan memecah belah masyarakat. Contoh nyata adalah bagaimana memori tentang peristiwa 1965 sering kali digunakan dalam narasi politik untuk meraih dukungan atau menyudutkan lawan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk kritis terhadap cara memori kolektif dipresentasikan dan digunakan. Pendidikan yang berbasis pada fakta sejarah yang objektif dan inklusif dapat membantu masyarakat untuk memahami masa lalu tanpa prasangka, sehingga dapat mengambil pelajaran yang konstruktif untuk masa depan (Orwell, 2021).
Dalam bidang ekonomi, memori kolektif sering kali terwujud dalam bentuk kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagai contoh, sistem pertanian tradisional di beberapa daerah di Indonesia, seperti subak di Bali, tidak hanya mencerminkan adaptasi masyarakat terhadap lingkungan tetapi juga mengandung nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Pengalaman saya berkunjung ke komunitas adat di Bali menunjukkan bahwa kearifan lokal ini mampu menghadapi tantangan modernisasi tanpa kehilangan jati diri. Model ekonomi yang berakar pada memori kolektif ini menawarkan alternatif yang berkelanjutan dan inklusif dalam menghadapi globalisasi.
Dinamika sosial budaya juga tidak lepas dari pengaruh memori kolektif. Tradisi dan ritual yang diwariskan secara turun temurun menjadi sarana untuk memperkokoh identitas budaya. Namun, di era modernisasi, tradisi ini sering kali berhadapan dengan perubahan gaya hidup dan nilai-nilai baru yang datang dari luar. Sebagai contoh, saya mengingat bagaimana tradisi mudik lebaran di keluarga besar saya selalu menjadi momen penting untuk berkumpul dan merajut kembali ikatan kekeluargaan. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi dan urbanisasi, tradisi ini mulai tergerus. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun memori kolektif kuat, ia tetap harus beradaptasi dengan perubahan zaman.
Untuk menjembatani masa kini dan masa depan, penting bagi kita untuk tidak hanya mengenang memori kolektif tetapi juga merefleksikannya dalam konteks yang relevan dengan tantangan masa kini. Pendidikan yang inklusif, kebijakan yang adil, serta penghargaan terhadap kearifan lokal dapat menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara mempertahankan identitas dan beradaptasi dengan perubahan. Pengalaman pribadi dan refleksi mendalam terhadap memori kolektif dapat membuka mata kita akan pentingnya belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi saksi sejarah tetapi juga aktor perubahan yang mampu menjembatani masa lalu dan masa depan.
Leave a Reply