Bulan Kelahiran yang Menyeru Kematian

Bulan Kelahiran yang Menyeru Kematian

Oleh : Farah Fadhiani

Gemerlap yang biasa mewarnai pelupuk mataku sirna entah sedari kapan. Hiasan deret-deret warna di sebalik dinding-dinding gang kecil, di tiap megah gapura selamat datang, mewarnai pepohonan kota, sampai meniup peluit semarak temaram kampung-kampung itu entah sedari kapan hambar terasa. Tak setitik pun lagu bangga meriah yang biasa menggelegar itu mencubit hatiku. Sampai kukira, aku memang sudah mati rasa.

Lalu kembali kutilik apa-apa yang sudah terjadi dalam kilas balik yang katanya bulan kelahiran ini. Korupsi terang-terangan, film kartun bodoh yang bahkan editanku di platform design gratis itu masih kelihatan lebih bagus, taraf hidup orang-orang kaya naik gila-gilaan, obrolanku dengan tukang ojek online yang mengeluh betapa susahnya mendapat verifikasi aplikasinya, uang seratus ribu yang habis dalam hitungan jam saat aku belanja kebutuhan di pasar, apa-apa mahal, apa-apa susah, sampai puncaknya zona aman demonstrasi yang memang harusnya menjadi hak itu porak-poranda. Di mana letak perayaan panjang umurnya?

Nyawa-nyawa melayang, tubuh yang hilang tenggelam, suara yang dibungkam, pemecatan, guru dikatai beban, sampai-sampai pajak royalti yang sama sekali tidak tepat sasaran. Apa-apa yang terjadi seolah menyeru kami-kami untuk lekas mati saja.

“Siapa hidup mewah hingga lupa badan jadi mayat?”

Kadang aku yang lupa bahwa bernafas di sini tak ubahnya memang simulasi meregang nyawa. Atau memang ternyata merah putih itu sudah sejak lama berubah kuning? Sekuning kilat-kilat meriah di mata mereka yang terpejam di bawah sepoinya penyejuk ruangan yang dinginnya siap merambahkan tengkuk-tengkuk itu dicium minyak angin. Sembari ditemani sesapan wine mahal yang diminum bersama sepakan kacang rebus murahan. Atau sambil merebah di dalam Alphard yang mengekar megah di tengah berisiknya klakson kemacetan ibu kota.

Jadi, bulan kelahiran ini, kapan berubah jadi kematiannya? Sepertinya tidak lama.

Leave a Reply

Your email address will not be published.