Yuni: Karya Puitis yang Mengkritik Budaya Patriarki di Indonesia

Yuni: Karya Puitis yang Mengkritik Budaya Patriarki di Indonesia

Oleh: Dhiya Ulhaq

Film “Yuni” karya Kamila Andini adalah sebuah karya sinematik yang berhasil mengulik permasalahan perempuan dan kultur patriarki di Indonesia. Film ini menggambarkan perjalanan seorang remaja perempuan bernama Yuni dalam menghadapi tekanan sosial dan budaya yang kerap mengekang kebebasan dan hak-hak perempuan.

Menggugah Kesadaran Melalui Kisah Yuni.

Yuni merupakan coming of age movie yang bukan hanya menceritakan tentang perjalanan seorang gadis menuju kedewasaan, tetapi juga mengkritisi budaya patriarki yang masih kuat di Indonesia. Mirip dengan film “Penyalin Cahaya” yang fokus pada masalah pelecehan seksual, “Yuni” menyelami permasalahan yang lebih kompleks terkait dengan peran dan hak perempuan dalam masyarakat patriarkial. Kelebihannya, “Yuni” bergerak selangkah lebih maju dibandingkan “Penyalin Cahaya”, Ia berhasil membuat setiap karakter terasa sangat personal.

Karakter yang Menggambarkan Realita Masyarakat Indonesia

Dari adegan pembuka yang berani, Kamila Andini seakan menyerukan lantang kepada penonton “ini perempuan yang sering kalian objektifikasi itu”. Adaptasi puisi Sapardi Djoko Damono dalam film ini memberikan suara kepada perempuan, menampilkan lika-liku kehidupan Yuni yang terjebak dalam lingkungan patriarki yang mengekangnya, bahkan untuk sekedar mengenyam pendidikan.

Film ini tidak hanya berpusat pada Yuni, tetapi juga menghadirkan karakter-karakter lain, korban dari sistem di masyarakat. Suci, yang dinikahkan sejak SMP dan mengalami keguguran berkali-kali, harus menghadapi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan stigma buruk sebagai janda ketika mencoba membebaskan diri dari sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dia inginkan. Kisah Suci menunjukkan betapa sulitnya perempuan di Indonesia untuk melaporkan KDRT karena tekanan dan stigma sosial.

Kritik terhadap Masyarakat dan Norma Sosial

Selain Suci, ada juga karakter Eneng yang difitnah dan terpaksa menikah. Kisah Eneng menunjukkan betapa seringnya masyarakat kita menyalahgunakan agama sebagai pembenaran untuk kritik dan fitnah yang sebenarnya terlarang dalam agama itu sendiri. Kisah Eneng, Suci, dan Yuni merefleksikan bagaimana masyarakat sering menggunakan pernikahan sebagai jalan pintas hampir untuk segala hal, jalan pintas untuk masalah ekonomi, ego dan kebanggaan, atau sekadar cara bagi pria untuk bisa melakukan hubungan seksual dengan wanita tanpa melanggar hukum agama. Ketika pernikahan itu tidak berhasil, mayoritas yang harus menanggung beban adalah wanita akibat bobroknya sistem patriarki di masyarakat. Tak jarang kita temui berbagai kasus pernikahan dini dengan berbagai alasan yang tidak bisa diterima serta beragam konsekuensinya yang jauh lebih pahit lagi: kehamilan dini, keguguran, KDRT, putus sekolah, depresi, dan sebagainya.

Dua Versi Ending yang Sama Powerful-nya

Di akhir cerita, Yuni terpaksa mengorbankan mimpinya demi kebahagiaan orang lain. la tidak bisa melawan kondisi yang terus memojokkannya dan akhirnya tenggelam bersama impian-impiannya. Adegan penutup yang diringi musikalisasi puisi “Hujan Bulan Juni” memberikan kesan yang mendalam dan menjadi salah satu adegan paling ikonis dalam perfilman Indonesia. Di versi yang lain, Yuni bersama seluruh karakter perempuan dalam film berkumpul mengitari api unggun dan menyanyikan puisi Hujan Bulan Juni. Versi ending yang lebih penuh harapan ini menunjukkan, suatu saat nanti,  meskipun dengan perjalanan yang masih jauh, mimpi-mimpi Yuni beserta seluruh perempuan lainnya akan terwujud.

Suara Perempuan Indonesia

Film “Yuni” dapat diibaratkan seperti suara perempuan Indonesia yang mengangkat isu-isu yang akan selalu relevan untuk didiskusikan hingga bertahun-tahun ke depan. Dengan cerita yang kuat dan karakter yang mendalam, film ini berhasil menggugah kesadaran penonton tentang beberapa budaya yang sebenarnya salah di masyarakat. “Yuni” tidak hanya akan abadi dalam ingatan penontonnya, tetapi juga menjadi salah satu film terbaik yang pernah diproduksi oleh Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.