Oleh: Caroline Abelia
Siapa sih yang tidak pernah begadang? Sebuah kegiatan yang menjadi rutinitas orang dewasa.
Mahasiswa begadang demi tugas, pegawai begadang demi pekerjaan, ibu begadang demi
bayinya. Bahkan, siswa SD akan dianggap sebagai orang keren jika mampu melakukannya.
Sebenarnya, apa itu begadang dan bagaimana kedudukan begadang di dunia kesehatan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, begadang adalah berjaga tidak tidur sampai larut
malam. Selanjutnya akan muncul pertanyaan mengenai seberapa larut jam tidur seseorang
hingga bisa dikatakan begadang? Akan tetapi, inti persoalan dari hal ini bukan berada pada
jam berapa, melainkan berapa jam seseorang beristirahat atau lebih tepatnya tidur. Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan orang dewasa berusia 18‒60
tahun untuk tidur selama 7 jam setiap hari.
National Library of Medicine menunjukkan bahwa kurang tidur merusak mikrostruktur otak,
mempengaruhi astrosit, neuron, dan terminal saraf. Hal tersebut berdampak buruk terutama
pada kognitif, kewaspadaan, dan memori manusia (Ikegami et al., 2009 ; Boardman et al.,
2018 ; Chai et al., 2020 ; Smith et al., 2020 ; Ochab et al. , 2021). Otak manusia memiliki sel
astrosit yang berfungsi sebagai babysitter sel-sel lain di otak. Astrosit memberikan dukungan
struktural, perkembangan, metabolisme sel, terutama dalam hal perbaikan dan sinaps antara
sel otak satu dan lainnya. Kurang tidur dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik untuk
meningkatkan tekanan pembuluh darah yang menyebabkan peradangan. Peradangan saraf ini
menyebabkan induksi astrosit tipe A1 yang dapat mengeluarkan lemak beracun untuk
membunuh oligodendrosit, sel yang memproduksi myelin (isolator listrik otak), serta
menyebabkan kerusakan sinaptogenesis dan fagositosis neuron.
Satu jam setelah tubuh terlelap dalam deep sleep, hormon pertumbuhan dikeluarkan lima kali
lebih cepat dibandingkan kegiatan yang dilakukan seharian. Hormon ini meningkatkan
penyerapan asam amino dan sintesis protein dalam tubuh. Selain itu, growth hormone juga
berperan dalam meningkatkan panjang dan ketebalan tulang. Dengan demikian, kurang tidur
dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan penurunan densitas tulang.
Di sisi lain, terdapat hormon kortisol sebagai antagonis dari hormon pertumbuhan.
Konsentrasi hormon ini dalam tubuh manusia lebih tinggi saat terjaga dibandingkan tidur.
Kortisol memiliki peranan yang cukup penting dalam meningkatkan kadar gula dalam darah.
Tingginya gula akan diolah oleh tubuh menjadi energi yang dapat digunakan untuk mengatasi
sel. Namun, dampak buruknya yaitu penurunan imunitas tubuh sehingga tubuh rentan
terhadap serangan penyakit.
Pada akhirnya, semua orang memiliki kesibukan masing-masing sesuai takarannya.
Permasalahannya terletak pada bagaimana mereka memilih untuk mengatasinya. Generasi
muda bangsa Indonesia harus mampu menentukan pilihan yang tepat. Indonesia emas pada
tahun 2045 merupakan sebuah ladang persaingan sengit terutama bagi penduduk usia
produktif. Saat ini, masyarakat harus berhenti membanding-bandingkan seberapa lelah diri
mereka untuk lembur hingga begadang demi menyelesaikan pekerjaan. Sebaliknya, kita harus
mulai sadar bahwa tubuh perlu istirahat yang cukup demi memberikan hasil yang optimal di
pagi hari.
Leave a Reply